My Life And Spirit For Malang City!

Untuk para 'pejuang' 1927

Pertanyaan untuk Para Bonek (1927)
Dulu PDI terpecah menjadi dua, PDI (Soerjadi*CMIIW) dan PDI-P (Megawati). Sulit membuktikan mana yang asli dan mana yang palsu dan nampaknya mereka memang tidak
mempedulikan hal tersebut terutama PDI-P. PDI-P terus saja berjuang tanpa menabrak
rambu-rambu hukum di negara kita tercinta ini. Mereka terus berjuang dan berprestasi sehingga akhirnya dapat menjadi pemenang
PEMILU di era Habibie. Hal ini layaknya menjadi sebuah contoh untuk persebaya (1927), tidak perlu banyak bicara, yang terpenting berprestasi. Jadi maksud saya begini, Ada baiknya persebaya (1927) mengikuti lagi kompetisi
resmi PSSI sekalipun harus mulai dari bawah. pahit memang, namun buat saya itu solusi terbaik. Buktikan dengan prestasi, dalam 4-5 tahun bisa menuju ISL dan membungkam mulut orang-orang yang membenci anda.Buktikan saja dengan prestasi tidak perlu melarang-larang, berdemo dsb, seperti halnya yang dilakukan oleh PDI-P.Saya ada beberapa pertanyaan dan mohon di
jawab :
1. Ketika Saleh Mukadar Mengganti nama menjadi persebaya 1927 dan merubah logo, mengapa kalian para bonek tidak melakukan protes. Seharusnya kalian bergerak dan
menuntut untuk tidak merubah apapun yang menunjukkan keaslian dari persebaya.Jangan bilang hal itu demi di-ijinkannya pertandingan persebaya (1927) untuk kompetisi IPL. Mengapa kalian tidak berjuang
seperti saat ini untuk menuntut diijinkannya pertandingan persebaya (1927) tanpa harus
merubah nama dan logo.
2. Ketika persebaya (ISL) berkompetisi di divisi utama, mengapa kalian tidak berdemo, karena jelas2 mereka menggunakan nama persebaya
dan menggunakan logo persebaya asli. Jangan bilang persebaya (isl) itu adalah persikubar,buat saya itu adalah pernyataan bodoh.
3. Mengapa kalian tidak berdemo ketika
persebaya (1927) masih berkompetisi di IPL namun manajemen persebaya (1927) tidak mampu memaksimalkan potensi yang ada untuk mendapatkan sponsor sehingga para pemain tidak menderita karena belum terima
gaji. Padahal setiap kali persebaya (1927)
bertanding ribuan bonek selalu hadir.
4. Mengapa kalian tidak berdemo ke pengelola IPL yang jelas2 harus bertanggung-jawab karena ketidakmampuan mereka mengelola
kompetisi, membuat banyak klub yang
menderita. Padahal waktu itu IPL adalah liga resmi PSSI, tapi disiarkan pun tidak, apalagi mau dapat sponsor. LPIS-lah yang paling bertanggung jawab atas kekisruhan ini, bukan yang lain.
5. dan pertanyaan saya yang terakhir .lihat gambar yang ada dibawah : "yang tertulis di kening para bonek hanyalah 2 kata, persebaya 1927) atau tidak sama sekali".
Pertanyaannya, Mengapa hanya 2 kata ?
padahal ada 5 kata, apa karena bonek terbiasa beli gorengan bayar 2 padahal makannya 5.dan lagi ditulisnya itukan di spanduk
bukan dikening ya :Dsalam damai ..

to be an AREMA




memakna ari sebuah kebanggaan,bukan fanatik buta,bukan fanatik sempit tapi fanatik yang tetap menjujung nilai etik..

Tak seMalang yang dulu..

Malang memang Kota Pelajar, banyak mahasiswa berasal dari luar Malang yang kemudian menetap di Malang untuk berilmu, tidak hanya di dominasi mahasiswa dari luar Malang yang masih dalam lingkup pulau jawa saja, tapi juga mahasiswa berasal dari luar jawa seperti  Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua, dan daerah luar jawa lainnya. Bahkan di beberapa Universitas juga terdapat mahasiswa Asing yang menetap di Malang untuk melanjutkan Progam Studi.
Didukung oleh letak Kota Malang yang secara Geografis mempunyai keindahan alam bagai lukisan surga di dunia, Kota Malang semakin menarik banyaknya minat mahasiswa dari luar Kota Malang untuk melanjutkan progam studi dan menetap disana. Hal ini dapat dilihat melalui prosentase pertambahan penduduk Kota Malang yang membludak  dari tahun ketahun karena semakin banyak jumlah imigrasi pelajar yang memasuki Kota Malang untuk melanjutkan progam studi.  Kepadatan penduduk  didominasi mahasiswa yang merupakan salah satu agen of consumering, dimanfaatkan oleh beberapa pihak  busnisser  yang ingin meraup untuk sebanyak – banyaknya. Dengan modal yang mereka miliki, mereka membangun Mall, Ruko – Ruko, dan berbagai macam tempat yang dipenuhi oleh label DISKON untuk menarik minat pembeli. Karena biasanya para Mahasiswilah yang jadi korban manipulasi harga seperti ini, mereka akan berubah kepribadiannya menjadi ganas saat melihat diskon besar – besaran terpampang dipusat perbelanjaan, bagaikan lupa bumi dan daratan tanpa berfikir besok ingin makan dengan apa, mereka segera memburu barang yang mereka incar dengan harga murah.  
Kota Malang yang dulu sejuk, tenang dan diorientasikan untuk menuntut ilmu, kini beralih fungsi menjadi kota yang dipenuhi kendaraan, ramai, dan kerlap kerlip lampu pusat peralihan uang dari saku ke loker kasir.Dalam beberapa tahun terkahir ini pemandangan Kota Malang diwarnai oleh munculnya bangunan fisik yang mengarah pada Kota Metropolitan. Faktanya, di daerah Jalan Gajayana beberapa bangunan rumah yang tadinya berdiri di sepanjang jalan, yang ada kini beralih fungsi menjadi sederatan pusat perdagangan dan industri kecil. Begitu pula di sepanjang daerah merjosari beberapa lahan yang tadinya berupa tanah lapang kinipun beralih fungsi menjadi tempat berdirinya rumah tingkat bermotif bisnis produktif dan efisien seperti kost atau kontrakan.  Apabila dicermati lebih jauh lagi dapat diperhatikan bahwa bisnis properti (perumahan) berkembang subur di Kota Malang, khususnya pada daerah-daerah pinggiran seperti di Tunggul Wulung, Turen, dan daerah lainnya. Daerah-daerah ini merupakan daerah penyangga kehidupan masyarakat Kota Malang dengan hasil buminya seperti padi, jagung, gula, dan lain sebagainya. Kota Malang yang telah penuh sesak dengan berbagai aktivitasnya, menyebabkan pembangunan kawasan perumahan baru banyak berdiri pada daerah-daerah yang tadinya tegalan, kebun dan sawah yang berada di sekitar Kota Malang.  




Realitas di Kota Malang juga menunjukkan bahwa mobilitas penduduk di Kota Malang juga menunjukkan peningkatakan dalam aktivitasnya. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya volume kendaraan roda dua dan roda empat yang melewati di beberapa titik jalan strategis di Kota Malang . Mobilitias penduduk yang tinggi tersebut semakin bervariasai kegiatannya seiring dengan momen-momen khusus yang terjadi. Seiring berlalunya waktu, jalanan di Kota Malang bertambah padat dengan arus kendaraan. Pada hari libur, masyarakat dari luar Kota Malang atau masyarakat Malang sendiri ingin menghabiskan waktu untuk berlibur di tempat-tempat wisata yang di Malang. Sedangkan pada hari-hari biasa, kepadatan aktivitas Mahasiswa untuk berangkat kekampus atau mengurus keperluan organisasinya memungkinkan mereka menggunakan jalan raya. Dua hal di atas sangat tidak dapat memungkiri bahwa Kota Malang sekarang juga di hinggapi penyakit sosial yang dari dulu sampai sekarang selalu boomingtanpa ada solusinya, yaitu penyakit ‘macet’. Menurut Djamester, kemancetan lalu lintas merupakan suatu keadaan kondisi jalan bila tidak ada keseimbangan antara kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan yang lewat. Gejala ini ditandai dengan kecematan yang rendah sampai berhenti, jarak antara kendaraan yang satu dengan yang lainnya rapat, pengemudi tidak dapat menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang diinginkan. .
Tiga fenomena diatas jika ditarik benang merah, sangatlah mempengaruhi mood geografis kota Malang. Mahasiswa yang semakin memadati kota Malang, membuat para penghuni tetap Kota Malang berlomba – lomba membangun gedung kost dari yang tarif ekonomi sampai tariff VVIP, dan lahan pun semakin menyempit. Kabutuhan hidup yang semakin bervariasi dan menuntut harga murah, menggiurkan para busnismen untuk menyediakan pusat perbelanjaan dengan harga yang bervariatif, pedagang kaki lima dan pemilik toko kecil semakin tertindas. Transportasi yang tak kalah penting dengan pemecahan rekor satu orang satu motor mungkin akan semakin memicu penyakit macet di kota Malang, komplikasi polusi udara semakin akut, sehingga wajar saja jika udara menjadi panas. Faktor – faktor tersebut, mungkin kedepannya mempengaruhi mood geografis Kota Malang. Malang yang dulu segar berubah menjadi panas, Malang yang dulu banyak tumbuhan sedap dipandang berubah menjadi gedung – gedung silau di mata. Dan semakin menipisnya lahan kosong untuk ditanami pohon karena giuran investai proyek perumahan yang menguntungkan. Malang yang dulu hijau, mungkin sebentar lagi akan berubah jad malang yang abu – abu, kuning, atau bahkan merah.

KEBANGGAAN MINORITAS YANG MENGALAHKAN MAYORITAS

Ketika rasa cinta akan komunitas malah mengesampingkan lambang didada.Sejarah memang berkata AREMA adalah pemersatu warga malang,dimana dahulu ada beberapa komunitas seperti
Aregrek,Arnak (Armada Nakal),Anker (Anak Keras),Argom (Armada Gombal),Arpanja (Arek Panjaitan),Fanhalen (Federasi Anak Nakal Halangan),SAS (Sarang Anak Setan),Geng Inggris yang sifat kedaerahanya sangat tinggi .Setelah berdirinya nama AREMANIA semua sadar,dan akhirnya bisa membaur dan menjadi satu nama yaitu AREMANIA.Sekarang ini kita seperti mengalami itu kembali.Berbeda sekali atmosfer kanjuruhan dengan gajayana dulu.Adu kreatifitas digajayana dahulu hanya sebatas antara yuli sumpil(pintu A) dan kepet (pintu B),tetapi kini sangat banyak sekali kotak kotak didalam kanjuruhan.Adu kreatifitas sih wajar,memang tugas kita sebagai suporter mengerahkan jiwa,raga,waktu,dan biaya demi mendukung team kesayangan kita,tetapi sifat bangga akan komunitas tadi lah yang menjadi berbeda sekarang dan dahulu.Betapa amburadulnya kanjuruhan ketika kotak-kotak didalam stadion bernyanyi sendiri-sendiri,cb bandingkan dengan era gajayana yang selalu kompak.Korbanya malah lagu kebangsaan Padamu negeri lah yang jadi korban,karena asyik adu kreatifitas,malah lagu wajib aremania yang selalu dinyanyikan sebelum pertandingan jadi semrawut.Ga ada salahnya belajar dari jaman dulu,ingat AREMA itu pemrsatu kita!




 SALAM SATU JIWA!AREMA

dari brutalisme,holiganisme menuju nama AREMANIA..





A. Arema dan Arema Fans Club 

PS Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987 oleh H. Acub Zaenal dan Ir. Lucky Zaenal.  Dari awalnya Arema klub swasta. Pada waktu Arema berdiri Liga Indonesia dibagi dua: liga untuk klub semi-profesional bernama Galatama dan Liga klub Perserikatan.  Klub-klub Perserikatan tergantung pada pemerintah daerah untuk dana.  Sementara klub Galatama tergantung pada sponsor swasta.  Walaupun Arema belum pernah juara selama zaman Ligina, Arema juara Galatama pada tahun 1993.  Pada tahun 1994 klub semi-profesional digabungkan dengan klub Perserikatan untuk menjadi Ligina.
Pada tahun 1988 yayasan Arema Fans Club (AFC) berdiri.  Ketua pertamanya adalah Ir. Lucky Zaenal.  Pada awalnya ada 13 korwil.  Setiap korwil adalah pengurus hal suporter Arema di sebuah kampung atau daerah di Malang (*Peran korwil akan dibicarakan secara lengkap di Bagian A, BAB III).  Di artikel `Aremania Junjung Sportivitas’ diterbitkan di Bestari, no.  156, 2001 diceritakan bahwa menurut suporter Arema, AFC itu sangat individual, yaitu berkaitan dengan hubungan antara suporter dengan suporter lain.  Akibatnya AFC terhadap kesulitan mendorong kerukunan suporter.  AFC pernah dianggap sebagai yayasan yang terlalu ekslusif maupun kelas menengah untuk diterima oleh kebanyakan suporter Arema.  Sekitar tahun 1994 AFC dibubarkan.  Menurut Lucky Zaenal itu karena banyak kesibukan dan soal generasi.  Walaupun keadaan tokoh-tokoh AFC pasti mempengaruhi keruntuhan AFC, harus ditanyakan mengapa AFC tidak diteruskan oleh kelompok atau orang baru.  Mungin itu tidak terjadi karena sudah jelas bahwa AFC tidak didukung oleh suporter.  Barangkali tokoh-tokoh AFC sadar pada fakta itu.  Makanya mantan-tokoh AFC langsung terlibat dalam proses mengembangkan nama dan simbol yang akan mempersatukan suporter.  Memang tidak semua inisiatip AFC gagal.  Harus diingatkan bahwa dengan AFC mulai sistem organisasi suporter yang berdasarkan pada korwil.  Korwil-korwil tidak hilang dengan kematian AFC tetapi jumlahnya bertambah.  Di samping itu AFC berdiri dalam konteks keras yaitu pada waktu geng-geng pemuda Malang merupakan para suporter


B. Brutalisme ke Hooliganisme

Ada dua istilah yang dipakai untuk menggambarkan suporter yang tidak sportif dan membuat kerusuhan: suporter brutal dan hooligan.  Artinya dua istilah hampir sama.  Perbedaan antara dua istilah itu hanya soal konteks.  Istilah hooligan itu berasal di luar konteks Indonesia dan bersifat perbandingan.  Istilah suporter brutal lebih sering dipakai dalam konteks Indonesia.  Hooligan sama dengan suporter brutal karena yang jelas kegiatannya berdasarkan pada egoisme buruk.  Seorang hooligan mau membuat kerusuhan dan kekerasan untuk membesarkan egonya.  Seorang hooligan tidak ikut pertandingan untuk menikmati sepak bola tetapi untuk membuat kericuhan.  Seorang Hooligan adalah musuh perkembangan sepak bola apalagi komunitas suporter murni. Akhirnya kalau memakai contoh suporter brutal Arema kelihatannya perbedaan antara dua istilah hanya soal konteks.
Suporter Arema menjadi terkenal atas brutalisme antara waktu Arema berdiri dan pertengahan tahun 1990-an. Ada kekerasan antara suporter walaupun Arema menang atau kalah.  Pada waktu itu beberapa geng pemuda merupakan para suporter Arema.  Setiap kampung memiliki geng sendiri.
Yang berikutnya adalah daftar nama geng-geng Malang sama tempat asalnya kalau ada:
Nama Geng                                            Tempat Asal
Aregrek                                                 Sekitar Jl. Basuki Rachmat
Arnak (Armada Nakal)                               Sukun
Anker (Anak Keras)                                   Jodipan
Argom (Armada Gombal)                          Kidul Dalem
Arpanja (Arek Panjaitan)                           Betek
Fanhalen (Federasi Anak Nakal Halangan)  Celaket
(Sarang Anak Setan)                                  -
Inggris                                                     Kasin
Jrot                                                           -
Ermera                                                      -
Saga (Sumbersari Anak Ganas)                  -
Geng-geng Malang dan tempat asalnya
Geng-geng ini membuat suasana menakutkan di stadion.  Tempat pertandingan menjadi kesempatan untuk geng-geng tersebut membuktikan siapa yang paling keras.  Persaingan keras antara geng-geng terjadi walaupun semuanya medukung Arema.  Jadi semua upaya untuk membuat suporter Arema rukun dan kompak dihalangi.  Tawuran terjadi antara suporter Malang dan suporter dari luar tetapi juga di antara para suporter Arema sendiri.  Bentrokan tidak terjadi karena provokasi tetapi disebab oleh suasana brutalisme ditimbulkan suporter Malang.
Masih diingatkan oleh supporter Arema (dengan malu) bahwa suporter Malang brutal sebelum supoprter Surabaya menjadi brutal. Akhirnya, waktu antara 1987 dan pertengahan tahun 1990-an suporter Arema membuktikan bahwa mereka bisa mengimbangi egoisme Hooligan Inggris.
Suporter Malang menjadi terkenal sebagai Hooligan Indonesia.  Sering selama akhir 1980-an dan awal 1990-an sering ada  tawuran antara suporter Surabaya dan Malang.  Sayangnya persaingan keras itu antara Bonek dan suporter Arema sulit dibatasi.  Di Surabaya orang dari Malang diganggu dan kendaraan yang berplat N (plat Malang) dirusak.
Sementara di Malang kendaraan yang berplat L (plat Surabaya) mengalami hal yang serupa.  Pada tahun 1992 ada semacam sweeping’ menghadapi orang yang berKTP Surabaya.  Polisi terpaksa melakukan operasi untuk menghentikan aski brutal itu.  Akhirnya permusuhan berkembang antara orang kedua kota Jawa Timur tersebut melainkan antara suporter saja.  Lagipula Bonek nama suporter Surabaya menjadi istilah berarti hooligan Indonesia.  Jadi kata bonek yaitu yang tidak pakai huruf besar artinya hooligan walaupun Bonek itu berarti suporter Surabaya.  Karena persaingan keras itu sering Aremania dan Bonek dianggap sama saja.  Khususnya di luar Malang banyak orang yang bersikap bahwa Aremania adalah bonek juga.  Banyak orang tidak membedakan antaranya.  Selama tahun-tahun itu masyarakat Malang tutup jendela dan mengunci pintu kalau ada pertandingan Arema.  Sekarang suporter Arema telah benar-benar maju tetapi terhadap peringatan masyarakat yang menganggap bahwa mereka masih brutal.

C.  AREMANIA muncul

Pada pertengahan tahun 1990-an geng-geng Malang mulai luntur.  Sementara itu istilah Aremania muncul sebagai nama para suporter Arema.  Sebetulnya dua fenomena tersebut merupakan perubahan total dalam budaya pemuda Malang yang dikatalisasikan oleh beberapa tokoh.
Di artikel `Aremania Mengukir Sejarah Baru’ diterbitkan di Bestari, no. 156, 2001 Gus Nul mantan pelatih Arema menceritakan bahwa walaupun kurang jelas dari mana istilah Aremania itu muncul, nama itu mempersatukan suporter Arema.  Secara psichologis persamaan dasar antara Arema dan Aremania membuat suporter merasa bersatu.  Kata Aremania bisa dibagi Arema dan Mania.  Aremania itu muncul secara spontan dari suporter Malang yang mulai bosan dengan perkelahian geng-geng tersebut.  Ada beberapa alasan untuk perubahan itu.
Pertama-tama geng-geng mulai luntur karena soal generasi.  Anggota geng walaupun masih muda selama akhir 1980-an, di pertengahan 1990-an lebih dewasa.  Karena sudah lumayan tua mulai bosan dengan kegiatan geng.
Di samping itu, pada 1994 Ligina yang pertama dimulai dan PSSI mulai mendorong sepak bola Indonesia menjadi lebih profesional.  Pemain asing mulai main untuk klub Indonesia.  Itu termasuk upaya untuk menaikkan kualitas liga sepak bola.  Pemain asing pernah main untuk Arema.  Pernah ada pemain dari Afrika, Amerika Selatan, Korea Selatan dan juga Australia.  Dari semua ini yang paling terkenal ada pemain dari Negara Chile bernama Rodriguez `Paco’ Rubio.  Sekarang menurut suporter Malang dia semacam pahlawan sepak bola Arema.  `Paco’ Rubio menembus gol lawan selama putaran Delapan Besar Ligina VI.  Di samping itu, selama Ligina VII ada pemain dari Afrika namanya Frank Bob Manuel yang dengan sayang dipanggil `Bobby’ (selama Ligina VIII main untuk klub perserikatan Malang Persema).  Selama Ligina VIII Jaime Rojas (mantan pemain     Persema) juga berasal dari Chile masuk klub.  Dengan berupaya ke profesionalisme suporter mulai lebih tertarik pada permainan khususnya karena impor pemain luar negeri.  Juga ada pemain lokal yang menjadi bintang.  Misalnya Ahmad Junaedi selama Ligina VI tetapi setelah itu dia pindah ke Persebaya dan menjadi musuh suporter fanatik.  Akhirnya mau kembali ke Arema dia ditolak oleh pengurus Arema.  Daripada membeli Junaedi lagi mereka memilih mendidik pemain muda berasal dari Jawa Tengah bernama Johan Prasetyo.  Johan Prasetyo telah menjadi bintang Aremaa.  Selain Prasetyo ada Aji Santoso, pemain yang berpengalaman itu pernah main untuk TimNas Indonesia.  Karirnya setelah di Arema ke Persebaya dan kemudian ke PSM Makassar.  Akhirnya main untuk Persema sebelum main di Arema lagi.  Dengan impor pemain asing dan perhatian pada pemain profesional orang Indonesia, yang berkembang antara para suporter Indonesia adalah minat pada sepak bola bukan fanatisme terhadap klub saja.
Di artikel `Supporter Bergeser Jadi Football Minded’ diterbitkan di Jawa Pos 9 Maret 2002 perubahan sikap suporter digambarkan.  Ternyata bahwa para penonton mulai memilih menonton pertandingan menurut suguhan kualitas sepak bolanya.  Yaitu penonton mulai memilih pertandingan dengan lawan kualitas sepak bola tinggi.  Barangkali suporter Indonesia dipengaruhi tayangan sepak bola dari luar negeri.  Suporter mulai menuntut kualitas dari sepak bola Liga Indonesia.
Di samping itu perubahan suporter Malang didorong beberapa tokoh perintis Aremania.  Sebenarnya munculnya generasi geng dapat dicegah karena upaya tokoh Aremania.  Di artikel `Aremania Sebuah Gerakan Rakyat’ diterbitkan di Kompas, 1 April 2002 diceritakan bahwa suporter didorong oleh tokoh seperti Ovan Tobing, Lucky Zaenal, Iwan Eko Subekti dan Leo Kailolo untuk menjadi suporter bersatu dan sportif.  Pasti mereka sadar bahwa suporter brutal akan merugikan PS Arema, dan kalau klub Arema akan berusaha ke profesionalisme seharusnya suporter juga.  Tokoh yang tersebut membantu membangun simbol klub Arema yang telah menjadi simbol suporter juga.  Di artikel `Aremania junjung sportivitas’ diterbitkan di Bestari, no 156 2001 bahwa tokoh perintis ini mengusulkan Aremania dijuluki `Macan Putih’ atau `Singa Putih’ karena Arema berdiri pada 11 Agustus yang termasuk zodiak Leo. Kemudian secara spontan ada orang antaranya yang teriak `edan’.  Mungkin itu mucul dari bagian belakang istilah Aremania yaitu `mania’.  Kata `mania’ berarti edan. Dari latar belakang nama Aremania dan simbol Singo Edan semacam bahasa Malang berkembang.  Kata-kata bahasa Hndonesia dan bahasa Jawa terbalik merupakan bahasa Malang atau fenomena Ngalaman.  Misalnya Singo Edan menjadi Ongis Nade dan Orang Malang menjadi Genaro Ngalam.  Di samping itu arek-arek Malang menjadi Kera-kera Ngalam.  Surat kabar Radar Malang itu Jawa Pos-nya Kera Ngalam.  Sekitar pertengahan tahun 1990-an suporter Arema mulai berubah.  Citra negatif terhadap suporter Arema ada sampai sekarang tetapi selama beberapa tahun yang lalu Aremania pernah diakui sebagai suporter Indonesia terbaik.  Pada waktu ribuan suporter ke Jakarta untuk putaran Delapan Besar Ligina VI Ketua Umum PSSI Agum Gumelar terkesan oleh penampilan suporter Arema di Stadion Senayan.  Dia mengakui Aremania sebagai suporter kreatif, sportif dan atraktif.  Di samping itu PSSI pernah mengundang Yuli Sugianto (dirigen suporter Arema) untuk mewakili suporter Indonesia.  Selama Ligina VII sering diakui oleh suporter klub lain sebagai guru suporter lain.  Pada Januari tahun 2001 di Tangerang, suporter mengucapkan selamat datang kepada Aremania dan sesudah ada insiden lemparan terhadap Aremania mereka mengucapkan termima kasih karena Aremania tidak terpancing oleh oknum provokator Tangerang.
Pada Juli tahun itu diakui oleh suporter Solo sebagai `guru hebat’. Lagipula kemajuan Aremania mempengaruhi keadaan di Malang.  Selama waktu Krismon, Malang tenang walaupun dimana-mana di Jawa telah kacau.  Itu karena pemuda Malang telah merasa bersatu sebagai Aremania dan tidak ingin membuat kerusuhan di kotanya.  Katanya ada suporter Solo yang mengirim sepasang bh dan celana dalam perempuan ke Aremania agar mengucapkan Aremania para penakut.  Namun Aremania tidak mudah dipancing. Yang jelas dalam lingkungan suporter sepak bola telah dianggap maju dari masa dulunya.  Lagipula mereka dianggap suporter di Indonesia.  Namun proses ini mulai lebih dari 5 tahun yang lalu dan Aremania sampai tahun 2001 berjuang untuk menghapus sisa-sisa brutalisme.

D.  Sisa-sisa Brutalisme

Aremania tidak langsung berhasil dalam perjuangan untuk menghapus citra suporter brutal.  Sampai tahun 1999 ada bentrokan antara suporter di Malang tetapi khususnya dengan Bonek.  Keadaan kacau hampir tidak bisa dicegah aparat keamanan.  Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi selama ada kesempatan Arema melawan Persebaya.  Akibatnya di Malang suporter Surabaya harus dilarang masuk Malang supaya mencegah insiden yang tidak diinginkan.  Pengurus Arema pernah minta pertandingan Arema versus Persebaya diadakan di luar Malang agar tidak ada tawuran.  Namun ini diprotes
Aremania yang menuntut bahwa pertandingan Arema tetap milik masyarakat Malang.  Namun tahun-tahun tersebut harus dibedakan dari zaman geng-geng.  Mungkin tahun-tahun yang berikut kelunturan geng-geng Malang bisa dianggap sebagai waktu peralihan.  Sampai tahun 2001 ada insiden yang terjadi di luar Malang.  Salah satu contoh konflik antara suporter Malang dan Surabaya adalah tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei tahun 2001.
Tragedi Sidoarjo:  Pada Ligina VII Aremania mendukung tim kesayangannya di pertandingan away.  Arema melawan Gelora Putra Delta (GPD) di Sidoarjo.  Soalnya tiga kelompok suporter mucul di stadion Delta: Deltamania, Aremania dan Bonek.  Karena jarak antara Surabaya dan Sidoarjo jumlah sedikit suporter Surabaya datang untuk menjenkelkan suporter Arema.  Tiga kelompok ini dibagi supaya tidak ada bentrokan.  Aremania menempati sektor utara sementara Bonek dan Deltamania ada di tribun VIP.  Pertama-tama sebelum pertandingan mulai sekitar jam 14. 15 ada lemparan batu dari luar stadion.  Dua suporter Arema terluka dan Aremania menuntut bahwa tempat di luar stadion khususnya sekitar sektor utara diamankan.  Di samping itu Aremania dimarahkan kabar bahwa dua mobil Aremania dirusak.  Pada jam 15.10 lemparan batu antara sektor utara dan tribun timur mulai.  Polisi terhadap kesulitan membatasi lemparan karena Bonek dapat sumber batu dari luar stadion.  Pada jam 16.00 pertandingan sepak bola dimulai.  Pada jam 16.20 aparat keamanan megeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan lemparan.  Pada menit ke-29 pertandingan harus dihentikan karena suporter masuk lapangan dan kerusuhan mulai terjadi di luar stadion.  Aremania harus dievakuasi oleh aparat keamanan.  Akhirnya 15 orang terluka, 7 mobil dan 2 sepeda motor dirusak.  Juga stadion Delta dihancur dari aksi lemparan dan bentrokan yang berikutnya.  Reaksi Aremania penuh dengan kesedihan terhadap tragedi Sidoarjo.  Para suporter Arema merasa mereka salah dipersalahkan untuk tragedi Sidoarjo walaupun Bonek adalah provokator.  Pak Marheis salah satu korwil Aremania yang dianggap oleh sebagian suporter sebagai tokoh yang memperbolehkan ketertiban antara korwil-korwil tidak bisa menahan tangisnya setelah insiden Sidoarjo.  Ovan Tobing seorang perintis Aremania setelah tragedi itu berpendapat bahwa tragedi di Sidoarjo merupakan pelajaran untuk PSSI.  Pada waktu Arema main di Malang Aremania membawa spanduk yang protes disalahkan atas kejadian di Sidoarjo.  Sayangnya bahwa insiden seperti itu menegaskan citra Aremania sebagai suporter brutal karena dalam insiden itu Aremania sebetulnya di kedudukan sulit.  Pertama-tama mereka dilempari dari luar stadion.  Lagipula mereka terhadap Bonek yang siap dengan sumber batu dari luar stadion.
Aremania diserang di Jogja:  Selain masalah Bonek ada kelompok lain yang iri pada Aremania jadi mencoba memancingnya.  Pada bulan Oktober tahun 2001 Aremania diundang ke pertandingan di Jogjakarta.  Di Jogja Aremania diserang oleh Brajamusti (supporter PSIM).  Seperti di Sidoarjo ada lemparan batu dari luar stadion.  Aremania terpaksa masuk lapangan untuk menghindari lemparan dari luar stadion.  Dan Aremania sempat terkurung di stadion, karena hampir seluruh penjuru stadion sudah di kepung oleh Brajamusti yang membawa berbagai alat sajam. Tragedi ini berakhir setelah waktu itu Sri Sultan Hamengkubuwono datang ke stadion untuk menenangkan para supporter Jogja untuk menyuruh mereka m[ulang dan menghentikan aksinya, serta tak lupa Sultan juga memberikan bungkusan nasi kepada Aremania yang masih terkurung di dalam stadion. Selanjutnya di upayakan evakuasi sampai batas kota Jogja. Pertandingan dihentikan dan harus dimain hari berikutnya di tempat yang dirahasiakan.  Slemania, para suporter Sleman pada umumnya sangat malu pada penyerangan itu.  Mereka mulai menyanyi dengan gaya Aremania:

Pada umumnya ada persahabatan antara Aremania dan para suporter lain tetapi kadang-kadang ada oknum kelompok yang mencoba memancing Aremania.  Dan jarang Aremania terpancing dengan mudah.  Selama Ligina VIII tidak ada masalah bentrokan kalau suporter lain datang ke Malang.  Aremania membuktikan bahwa telah sportif.  Supporter apalagi pemain saja butuh sportivitas.  Setelah kejadian seperti di Jogja, Aremania berjanji mereka tidak akan membalas dendam kalau suporter Sleman datang ke Malang.  Korwil Cilewung juga mendorong Aremania untuk tidak membalas dendam Bonek.  Dia sadar bahwa kalau membalas dendam pasti tidak akan dibedakan dari Bonek. Harus diakui walaupun lama berjuang dengan sisa-sisa brutalisme Aremania telah agak berhasil dalam tugasnya.
Suporter Arema bersemangat kepada tim kesayangannya tetapi juga kepada negara Republik Indonesia. Dengan kompak suporter Arema sebelum permulaian pertandingan menyanyi lagu nasionalis `Padamu Negeri'.  Lagu itu dinyanyi suporter dengan bangga. Nasionalisme merupakan salah satu aspek dasar suporter Arema.  Aremania mendukung Arema tetapi akhirnya semua maupun suporter tim lawan bersaudara. Malang aman karena persaudaraan itu.  Lagipula Malang lepas daripada masalah pertentangan kesukuan atau konflik agama yang timbul di mana-mana di Indonesia. Aremania berpendapat bahwa kalau Malang bisa begitu rukun, mengapa negara Indonesia belum bisa seperti itu?  Yang jelas persatuan Aremania muncul secara alami dan karena itu ada sikap positif terhadap persatuan negara Indonesia.
[SALAM 1 JIWA]

ada apa sesungguhnya dibalik kata 'MERGER'??

"Lautan tenang tidak akan menjadikan pelaut handal"

mungkin itu ungkapan saya saat ini,bukan arema kalau tanpa masalah.bahkan belum tuntas masalah dualisme,kini beredar santer kabar adanya 'merger' antara pelita jaya yang ber home base dikarawang.

isu ini sendiri santer didengar sejak awal bulan september 2012,ini sudah tercium sejak dibatalkannya pelatih paulo chamargo untuk menukangi arema isl.manajemen juga sempat menyembunyikan nama investor arema yang siap akan menyediakan pelatih dan pemain asing.dan mungkin ini adalah jawabanya.dan itu sudah bukan rumor,arema-pelita sudah menenadatangani kerjasama untuk 3 bulan kedepan,tetapi aroma merger semakin tercium dengan adanya latihan gabungan antara arema-pelita.jelas arema-pelita memiliki sejarah yang berbeda,tapi sebenarnya apa ya harus di merger??apa arema silau dengan bakrie??ato pemiliknya sama dari partai kuning??atau pelita pingin basis suporter besar??atau ada strategi untuk 2014??

okelah ini yang coba akan saya bahas,sebagai aremania saya sangat terusik,kita tau pelita jaya telah bergonta ganti home base berkali-kali,Sebelum menjadi Pelita Jaya FC yang bermarkas di Karawang, Jawa Barat, klub ini telah melalui berbagai pengalaman naik turun seiring bergulirnya kompetisi Liga Sepakbola Indonesia. Berdiri pada 1986 klub ini berkali-kali mengalami perpindahan tempat serta berganti kepemilikan. Awalnya Pelita Jaya sering dianggap sebagai raja kompetisi Galatama dengan empat kali gelar juara termasuk ketika berturut-turut pada musim 1988/89 dan 1989/90.

Tahun 1997 klub ini berganti nama menjadi Pelita Mastrans dan setahun kemudian dibeli oleh Grup Bakrie serta bermarkas di Jakarta. Gubenur Jakarta Sutiyoso kala itu lebih memberi perhatian Persija sehingga Pelita Jaya kembali berpindah ke Solo dengan nama Pelita Solo. Di tahun 2002 keadaan sedikit membaik ketika salah satu perusahaan mapan Karakatau Steel menjadi pemegang saham di Pelita hingga tahun 2006. Setelah sempat berpindah ke Purwakarta dan menghuni stadion Si Jalak Harupat akhirnya tahun 2010 Pelita Jaya FC resmi pindah ke Karawang dan menggunakan stadion Singaperbangsa.

Dari segi prestasi Pelita Jaya adalah juara terakhir dari Kompetisi Galatama tahun 1994-pada masa ini Pelita sangat terkenal karena pernah merekrut pemain dunia seperti Mario Kempes dan Roger Milla. Musim perdana Liga Indonesia 1994/95 Pelita bahkan menjadi juara grup Wilayah Barat namun akhirnya Persib Bandung menjadi juara dengan mengalahkan Petrokimia Putra 1-0 di final. Selepas itu prestasi Pelita bisa dikatakan menurun bahkan sempat hilang di percaturan Liga Indonesia saking menurunnya penampilan mereka.

Tahun 2007 ketika Liga Indonesia bergulir yang memakai format kompetisi dua wilayah Pelita Jaya berhasil menempati peringkat ke-8 klasemen akhir Wilayah Satu. Hal ini memastikan Pelita berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia musim 2008/09 yang memakai format satu wilayah. Namun di musim perdana ISL Pelita hanya mampu menempati posisi ke-9 yang selanjutnya mereka lebih cenderung dianggap sebagai tim medioker.

Pelita Jaya adalah satu dari sedikit tim di Indonesia yang dikelola secara profesional. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka independen secara finansial yang hingga ISL 2011/12 tercatat telah menarik beberapa sponsor berkelas lokal maupun internasional. Efeknya adalah mereka muncul sebagai kekuatan baru di kompetisi sepakbola nasional dengan target juara ISL 2011/12. Menjadi kebiasaan rutin bagi Pelita dengan merekrut pemain bintang seperti Victor Igbonefo, Egi Melgiansyah, Greg Nwokolo hingga sang kapten yang juga bintang timnas Malaysia Safee Sali.

nah,selanjutnya malang,atau arema,sebenarnya apa dibalik merger ini??memang arema punya basis kuat suporter,dan pelita juga finasial yang kuat.Bagi Saya sendiri, ide ini adalah hal yang tidak masuk akal apapun alasannya. Kedua klub sama-sama memiliki sejarah panjang di sepakbola Indonesia. Lalu jika merger, sejarah klub mana yang akan dihapus. Sebagai Aremania Saya tidak akan rela jika yang dihapus adalah sejarah Arema. Sebenarnya Saya tidak peduli dengan Pelita Jaya, tapi apa iya mereka mau melebur dengan Arema Indonesia tanpa menempelkan nama dan sejarahnya? Apa iya mereka cuma mau meleburkan menejemen dan pemainnya saja? itu kan sama saja membubarkan Pelita Jaya demi Arema Indonesia.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah “Kenapa mergernya bukan dengan Arema IPL saja?”. Dengan begitu keinginan Aremania yang ingin Arema satu bisa terwujud. Jika memang benar tujuan menejemen Arema ISL ini adalah untuk kebaikan Arema dan juga untuk kemajuan Arema, seharusnya merger itu dengan Arema IPL. Tak peduli mana Arema Asli dan mana Arema Palsu. Toh setelah merger statement itu akan hilang sendiri, Arema ya Arema. Aremania adalah pendukungnya Arema, ga ada lagi pertanyaan “umak Aremania opo, ISL opo IPL?”
Masing teringat jelas beberapa waktu lalu diakhir kompetisi IPL dan ISL sempat muncul wacana Arema akan bersatu, namun Sudarmadji dan Rudi Widodo menegaskan bahwa Arema itu cuma satu yaitu Arema ISL. Dikesempatan lain Rudi Widodo juga mengatakan bahwa jika Ancora sebagai investor Arema IPL ingin kerjasama dengan Arema ISL ya hanya sebatas sebagai sponsor.
Lalu kenapa sekarang malah mereka mau merger dengan Pelita Jaya Bakrei? Jika cuma alasan untuk kecukupan dana, Ancora sudah terbukti bisa menghidupi Arema IPL sendirian tanpa bantuan Aremania. oke, sempat terdengar kabar bahwa gaji pemain Arema IPL pernah telah. Tapi hal itu juga pernah terjadi di Pelita Jaya dimusim kemarin. Lalu apa alasan yang lebih baik dan bisa diterima selain itu? Setelah berfikir dan diskusi dengan beberapa Aremania akhirnya Saya mengambil kesimpulan bahwa alasan yang pertama adalah menejemen Arema ISL ingin menyelamatkan muka dari kesombongan-kesombongan yang telah mereka publikasikan sendiri, menolak rekonsiliasi dengan Arema IPL, mengatakan bahwa dana Arema ISL tak terbatas, ada tiga perusahaan besar yang sudah ngantri untuk jadi sponsor Arema ISL dll. Alasan kedua adalah alasan politik. sudah jadi rahasia umum bahwa Presiden kehormatan Arema ISL itu adalah Rendra Kresna yang menjadi Bupati Kabupaten Malang berkat Golkar yang dibawah komando Abu Rizal Bakrie.
Terakhir, Saya sebagai Aremania sangat tidak setuju jika Arema ISL merger dengan Pelita Jaya. Dan sekarang kawan-kawan Aremania silahkan merenungkan sendiri kondisi yang terjadi pada klub kesayangan kita bersama ini. Relakah kalian jika Arema dijadikan alat untuk sekelompok orang dan dijadikan kendaraan politik untuk mendapatkan dukungan?
semua ini cuma sebatas pendapat saya sebagai AREMANIA,saya hanya berharap arema lebih baik selanjutnya,dan yang jelas jangan menghapus sejarah panjang arema dengan mengganti nama AREMA!

salam satt jiwa!!AREMA (ga gawe pelita bakri hehehe)